Selasa, 17 April 2012

Cinta Datang Tiba-Tiba


“Cinta datang tiba-tiba, cinta adalah anugerah Yang Kuasa.
Cinta tak kan sia-sia, ketika kau menyapa.
Engkau datang cerahkan jiwaku.
Cahya-Mu, Cinta-Mu, hiasi hidupku.
Cinta datang tiba-tiba, cinta adalah anugerah Yang Kuasa.
Cinta tak kan sia-sia, ketika kau menyapa.”


Begitulah kutipan lagu seorang penyanyi ternama Indonesia, Marcell yang saya ubah liriknya. Hal ini terbesit ketika teringat kembali pengalaman pribadi. Secuil petikan hidup, yang bias jadi terjadi pula pada saudaraku lainnya yang akhirnya membuat kita berubah menjadi kita yang seperti sekarang ini. Intinya adalah karena “cinta yang datang tiba-tiba”.

Allah mencintai hamba-Nya melebihi rasa cinta seorang ibu kepada anaknya, melebihi rasa cinta suami kepada istrinya, dan melebihi rasa cinta seekor induk burung kepada anak-anaknya. Terkadang terasa oleh kita cinta-Nya merasuk ke dalam hati dengan tiba-tiba, menggugah hati untuk merasa dan menggugah nurani dengan kelembutan tiada tara.

Sebenarnya sudah merupakan sunnatullah, bahwa sesungguhnya Allah berkuasa untuk memberikan jalan petunjuk kepada hamba-Nya dan juga berkuasa untuk memberikan jalan kesesatan kepada hamba-Nya jika hamba tersebut tetap menjauh dan ingkar kepada Allah swt.

Sungguh, merupakan fitrah manusia untuk selalu condong kepada kejujuran, kelembutan, kedermawanan, dan ketundukan kepada Rabb-nya, serta berbagai kebaikan-kebaikan lainnya. Seperti salah satu hadits berikut, Nawwas bin Sam’an berkata, Nabi saw, bersabda:
“Kebajikan adalah akhlaq yang terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka apabila masalah itu diketahui orang lain” (HR. Muslim).

Namun, hal yang tidak boleh dipungkiri adalah bahwa manusia memiliki akal dan nafsu, dimana dengan akal tersebut Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih antara jalan kebenaran dan jalan kebatilan dan ketika nafsu menjadi raja dan ego tak bisa dikendalikan, segala sifat fitrah manusia itu seakan sirna dan lenyap begitu saja.

Kembali kepada “Cinta yang datang tiba-tiba” ini. Salah satu kisah yang ingin saya cuplik di sini adalah kisah salah seorang sahabat nabi, Umar bin Khathab RA. Jika kita membaca Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi), maka kita akan menemukan episode yang menceritakan bahwa Umar bin Khathab adalah salah seorang yang menentang mati-matian dakwah Islam Nabi Muhammad saw, karena dia sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan cinta kebudayaan tanah air. Umar sebelum masuk Islam adalah seseorang yang sangat mencintai peribadatan kepada berhala-berhala, bukan karena apa-apa, tak lain hanya karena dia melihat bahwa ini adalah sebuah tradisi turun-temurun yang harus dilestarikan oleh bangsa Arab. Oleh karena itu, ketika seorang bernama Muhammad saw datang dan mengaku nabi serta membawa sebuah ajaran baru yang meng-Esa-kan Tuhan, Umar merasa eksistensi bangsa Arab terancam.

Panggilan jiwa patriotisme yang sangat mencintai tradisi bangsanya membuat dia merasa harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang mampu mengembalikan kepada keadaan semula, ketika bangsa Arab tidak terpecah kepercayaannya sebelum kedatangan Muhammad saw.
Satu hal yang ketika itu terlintas di benaknya adalah, “Aku harus membunuh Muhammad!”

Namun, pada titik itu dia merasa gelisah, bagaimana mungkin ia bisa membunuh Muhammad saw yang notabene adalah orang yang tepercaya dan tidak memiliki track record yang buruk semasa hidupnya dan kabilahnya (suku) Muhammad saw merupakan kabilah yang cukup disegani di bangsa Arab. Jika dia membunuh Muhammad saw, justru dia akan menimbulkan peperangan lagi di bangsa Arab, antara kabilahnya dan sekutunya serta kabilah Muhammad saw dengan sekutunya pula. Hal ini malahan akan membuat suasana semakin memburuk.

Suatu malam, ketika Umar ingin mencari khamr di Mekah, dia tidak mendapatkannya, lalu dia berfikir untuk pergi ke Ka’bah untuk melakukan thawaf (thawaf yang dilakukan pada masa Arab jahiliyah). Maka, ketika itu dia menemukan Rasulullah saw sedang shalat menghadap ke Ka’bah. Umar mengendap-endap ingin mengetahui apa yang dibaca oleh Muhammad saw, seseorang yang dikatakan penyair gila oleh masyarakat Arab yang lain.

Dalam hati, Umar berkata bahwa Muhammad saw adalah seorang penyair ulung, lalu ketika itu Nabi Muhammad saw membaca:
“Bahwa ini sungguh perkataan Rasul yang mulia. Itu bukanlah perkataan seorang penyair, sedikit sekali kamu percaya!” (QS. Al-Haqqah: 40-41).

Umar seketika tersentak, bagaimana bisa Muhammad membacakan sesuatu yang merupakan reaksi dari apa yang dipikirkannya di dalam hati. Lalu, Umar berpikir bahwa dapat dipastikan bahwa Muhammad saw adalah seorang dukun (peramal). Lagi-lagi, Nabi Muhammad saw membacakan:
“Juga bukan perkataan seorang peramal, sedikit sekali kamu mau menerima peringatan. (Ini adalah wahyu) yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dan kalau dia (Muhammad) mengada-adakan perkataan atas nama Kami, pasti Kami tangkap dia dengan tangan kanan, kemudian pasti Kami potong pembuluh darahnya. Maka tak seorang pun dari kamu dapat mempertahankannya.” (QS. Al-Haqqah: 42-47).

Maka saat itulah, cinta-Nya merasuk ke relung hati Umar menyapa dengan tiba-tiba dan membuat dia merasa bahwa sungguh ini adalah cinta yang hakiki dan setelah itu Umar RA menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah saw.

Jika kita mengambil ibrah (pelajaran) dari kisah ini, maka dapat kita lihat bahwa meskipun seseorang sangat membenci dan bahkan sangat keras permusuhannya terhadap Islam, terhadap Allah, dan kepada Rasulullah, namun jika Allah menghendaki, maka justru cinta itu akan merasuk dan menjadi petunjuk di dalam hidupnya.

Jika kita menilik lebih mendalam, bagaimana seorang Umar RA yang pada awalnya beringas, begitu keras permusuhannya terhadap apa yang dibawa oleh Muhammad saw, dan seorang pecandu khamr, hatinya bisa terketuk untuk menerima hidayah Allah. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena Allah swt telah memberikan shibghah (celupan) di hatinya Umar RA. Celupan yang membuat hati itu kembali bersih dan melunturkan berbagai kegelapan dan kepekatan hati yang semula menjadi penghalang antara dia dengan Rabb-nya.

Sesungguhnya, meskipun Umar RA sebelum masuk Islam memiliki tabiat yang buruk, namun di hati kecilnya dia adalah seorang yang baik, pejuang sejati, dan seorang prajurit yang memiliki jiwa patriotisme yang tinggi. Nilai-nilai luhur yang masih dimiliki oleh nuraninya itulah yang beresonansi ketika cinta-Nya datang dengan tiba-tiba, membuat hatinya bergetar begitu hebat, membuat dadanya sesak, membuat air matanya mengalir, karena sesungguhnya cinta yang hakiki, fitrahnya telah kembali dan hal tersebut membuat ia seakan baru kembali dilahirkan dari rahim ibunya, sehingga menjadi putih bersih tanpa noda. Demikianlah ketika Allah berkehendak, “Kun! (jadilah!), maka jadilah ia”.

Saudaraku, ketika kita berfikir bahwa kita merasa belum nikmat dalam menggenggam Dienul Islam (agama Islam), atau kita masih merasa resah dan bingung serta bimbang tentang apa yang harus dilakukan terhadap agama ini, maka bersabarlah, dan mari kita pertahankan berbagai perilaku kebaikan serta bersihkan hati dari berbagai penyakitnya (iri, dengki, dusta, dll), maka sungguh suatu ketika cinta-Nya akan datang dan kita akan merasa hal itu datang dengan tiba-tiba. Hal yang terpenting pula supaya Allah berkenan untuk segera memberikan celupan keindahan aqidah di dalam hati kita, maka berusahalah mencari tahu tentang berbagai hal yang masih membuat kita bimbang dan tentu saja temukan dari ahlinya, bukan dari lidah para pendusta dan berdoalah kepada Allah swt agar Dia berkenan untuk selalu mengumpulkan kita dengan orang-orang yang shalih, orang-orang yang selalu takut kepada Tuhannya, orang-orang yang pada saat berdiri, ruku’, dan sujud, selalu mengingat Tuhannya.

“Cinta datang tiba-tiba, cinta adalah anugerah Yang Kuasa.
Cinta tak kan sia-sia, ketika kau menyapa.”
Sapalah cinta-Nya, jangan pernah kita lewatkan begitu saja.

Wallahu a’lam bish-shawab. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

**************
Oleh : Muhammad al-Fatih (dakwatuna.com)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/19848/cinta-datang-tiba-tiba/#ixzz1sI7iJOg0
Sumber foto : http://www.facebook.com/iloveallaah

Sabtu, 14 April 2012

Tertawa = Bahagia ?

Apakah kebahagiaan jiwa berbanding lurus terhadap intensitas tertawa? Apakah semakin sering tertawa, seseorang akan merasakan kebahagiaan jiwa?
Bagi saya, tidak. Kebahagiaan jiwa tidak selalu berbanding lurus terhadap intensitas tertawa. Kekosongan jiwa tetap saja saya rasakan ketika setiap hari, setiap saat saya tertawa. Iya, memang senang, tapi setelah itu, ya sudah, senangnya hilang berganti kekeringan.

Saya tidak tahu kenapa seperti ini. Mungkin inilah yang membuat sebagian orang-orang kaya, tenar, serta punya kekuasaan terjerumus menggunakan obat-obat terlarang dengan dalih mencari ketenangan. Jika kita lihat, mereka mempunyai apa yang diinginkan setiap orang, harta, popularitas, dan kekuasaan. Mereka juga tampak sering tertawa, dan sepertinya hidupnya diisi kesenangan semata. Tapi kenapa mereka masih saja mencari sesuatu yang bisa dianggap menenangkan dan menentramkan hati.

Jadi, apa sebenarnya kebahagiaan itu? Penasaran, saya sedikit googling tentang kebahagiaan.

Bahagia itu ialah tetap taat kepada Allah sepanjang hidup. 
Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.

Oh, jadi pantas saja saya sering tertawa tapi tetap merasa hampa. Lha wong saya tertawa, tapi dengan itu saya jadi melewatkan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk membaca. Saya tertawa, di saat jatah waktu untuk berdzikir. Saya tertawa, tanpa terasa membuang waktu begitu saja. Dan sampai akhirnya tertawa membuat saya lupa merenung, mengabaikan tafakur.

Dan di satu sisi, saya melewati hari tanpa membaca Al-Qur’an setiap hari. Terbukti bahwa Al-Qur’an memang melembutkan hati. Dalam hari-hari tanpa membaca Al-Qur’an tersebut, sempat saya berfikir, “Ah, tidak apa-apa hari ini saja tidak membaca Al-Qur’an. Besok kan juga bisa baca.”

Tapi, besoknya saya mengulangi pernyataan di atas, tidak apa-apa, untuk hari ini saja tidak membaca Al-Qur’an. Dan begitu seterusnya sampai saya menyadari ada yang keliru. Pelajaran yang didapat, meskipun tidak tahu arti yang dibaca, membaca Al-Qur’an tetap bisa menentramkan jiwa, bisa membantu meredam emosi, serta menguatkan kesabaran, yang berujung pada kebahagiaan. Setidaknya itu yang saya rasakan. :)
Ya, banyak tertawa bukan berarti jiwa bahagia. Karena sejatinya bahagia itu ketika hidup dalam ketaatan pada Sang Pencipta.

Selasa, 27 Desember 2011

Lebih baik dari dunia seisinya

Untuk apakah Allah s.w.t jadikan malam? Ada waktu malam yang dihiasi dengan munajat kepada Allah s.w.t dan ada malam yang dihiasi dengan durhaka kepada Allah s.w.t. Jadi malam itu tidak sentiasa indah dan permai karena ia bergantung kepada penghuni-penghuninya.

Bagi orang-orang yang soleh merindui malam ibarat pengantin menanti malam pertama. Karena pada waktu malam untuk mereka bermesra-mesra dengan Tuhannya. Pada waktu malam tiada kebisingan kecuali mereka mengadu dan bermunajat kepada Tuhannya.

Kalau sepasang kekasih mencari waktu malam untuk memadu kasih, maka tidak heran kalau orang-orang yang soleh juga menggunakan waktu malam untuk memadu cinta sejati dengan Allah s.w.t. Berkata Al Fudhail bin Iyadh, “Apabila terbenam matahari maka aku gembira dengan gelap. Dan apabila terbitnya matahari maka aku berdukacita karena datangnya manusia kepadaku!” Abu Sulaiman pula berkata, “Jikalau tidaklah karena malam nescaya aku tidaklah menyukai tinggal di dunia ini.”

Selain dari keheningan malam yang ada pada waktu malam, Allah juga menurunkan malaikat-mlaikat pada malam hari untuk memberi rahmat kepda hamba-hambaNya yang sedang beribadah. Malaikat akan turun ke bumi mencari manusia-manusia yang menghidupkan malam dengan ibadah untuk diberi rahmat dan diaminkan doanya.

Pada waktu malam juga akan ada satu detik di mana barangsiapa yang berdoa ketika itu akan dikabulkan segala hajatnya. Solat yang didirikan pada waktu malam juga lebih banyak manfaat dan lebih pahalanya.
Sabda Rasulullah SAW bermaksud:
 “Dua rakaat yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Dan kalaulah tidak memberi kesukaran kepada umatku, nescaya aku wajibkan kedua rakaat itu atas mereka.”

Sabda Rasulullah SAW lagi yang bermaksud:
 “Kerjakan solat dua rakaat dalam kegelapan malam untuk kesuraman kubur.”

Maka sebaik-baik pengisian waktu malam ialah dengan mendirikan ibadah solat. Allah memberi pandangan kepada golongan ini karena mereka telah sanggup meninggalkan keenakan beristirahat untuk bangun mengabdikan diri sebagai seorang hamba. Di tengah-tengah kesejukan dan kedinginan malam, maka golongan ini telah membasuh diri dengan wudhuk dan berdiri serta sujud kepada Allah s.w.t. Untuk melakukan pekerjaan ini bukannya mudah. Ia memerlukan kegigihan pada hati serta hidup cintanya dengan Tuhan. Sebab itu Allah menyediakan sebuah syurga bagi hamba-hambaNya yang menghidupkan malam.

Meskipun itu adalah janji dari Allah s.w.t. kepada kita namun kepayahan untuk menghidupkan malam lebih ketara lagi karena syaitan turut memainkan peranan dengan bersungguh-sungguh menghalang manusia melakukannya.

Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya:
“Diikat oleh syaitan di atas seseorang kamu dengan tiga ikatan apabila ia sedang tidur. Maka syaitan memukul tiap-tiap tempat ikatan tersebut sepanjang malam sehinggatertidurlah kamu. Kalau kamu terbangun dan berzikir kepada Allah s.w.t nescayaterbukalah satu ikatan. Kalau berwuduk nescaya terbukalah satu ikatan lagi dankalau bersolat nescaya terbukalah semuanya. Sehingga kamu menjadi rajin danbaik jiwanya. Kalau tidak yang demikian nescaya menjadi keji jiwa dan malas.”

Bila dilihat dari segi halangan-halangan yang terpaksa ditempuhi oleh seseorang yang mau menghidupkan malam dengan ibadah, maka tidak salah kalau diletakkan mereka dalam golongan manusia yang berjiwa gigih dan hidup cintanya dengan Allah s.w.t. Golongan ini juga telah mewarisi pekerjaan orang-orang soleh.

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Haruslah kamu bangun malam karena itu adalah kebiasaan orang-orang soleh sebelum kamu. Sesungguhnya bangun malam adalah mendekatkan diri kepada Allah Azzawajalla, menutup segala dosa, menghilangkan segala penyakit pada tubuh dan mencegah daripada dosa.”

***
Sumber : ervakurniawan.wordpress.com

Kebesaran Allah lewat lebah

Saya dulu memiliki hobi menggambar.  Namun, sepandai-pandai saya menggambar, ada hikmah besar pagi ini tentang itu. Saat saya menggambar segi enam tanpa penggaris dan pengukur skala, hasilnya selalu gagal: tidak teratur. Hal ini berbeda dengan lebah. Makhluk mungil yang tidak lebih dari 3 cm tersebut memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sebuah seni mahaagung telah Allah SWT tampakkan lewat hikmah. Lebah yang lemah pun memiliki ilmu. Tapi, ia mendapatkannya lewat ilham. Ya, Allah SWT membekali ilmu pada lebah dengan ilham. Dan tidaklah Allah memberi hikmah ini kepada manusia, melainkan agar kita sebagai hamba-Nya selalu berpikir.

***

Lebah adalah hewan yang cerdas. Lebah membuat sarang dengan hitungan matematis yang sangat jitu, rumit tetapi begitu teliti. Ya, lebah hanyalah seekor binatang lemah. Sebab, lebah tentu tidak mempunyai kelebihan dari dirinya sendiri. Ada Allah yang Maha memberikan ilham kepada binatang seperti lebah. Sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam ayat 68 surat an-Nahl (lebah).

Selanjutnya, setelah lebah membuat rumahnya dengan begitu rapat hingga tidak ada kebocoran sedikit pun, kemudian Allah SWT mengilhamkan kepada lebah untuk memproduksi madu. Madu disimpan rapi dan baik di sarang yang telah dibuatnya.

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS an-Nahl:69).

Madu. Minuman cair yang sangat dikenal dalam sejarah manusia itu dihasilkan oleh lebah madu (Apis mellifera). Madu bisa kita konsumsi. Madu telah melalui berbagai kebesaran Allah SWT yang telah terlihat jelas dari proses lebah menghasilkan madu.

Allah SWT mengilhamkan kepada lebah agar mencari makanan dari buah-buahan dan bunga. Makanan baik yang menghasilkan madu yang baik pula untuk kebaikan banyak manusia. Bersama ilham itu, Allah SWT telah memudahkan jalan lebah dalam mencari makanan. Bunga dan buah yang dimakan lebah telah ALLAH SWT sediakan di alam ini.
Imam Ibnu Katsir mengungkapkan masalah ini, “Agar lebah itu berjalan di jalannya yang telah Allah SWT mudahkan. Hingga lebah bisa menjangkau alam luas ini baik di darat, lembah-lembah, dan gunung-gunung tinggi menjulang. Setelah itu, setiap lebah kembali ke rumahnya masing-masing tanpa berpaling ke kanan ataupun ke kiri. Ia langsung ke rumahnya dan hartanya di mana di dalamnya ada anak lebah dan madu. Ia muntahkan madu dari mulutnya dan ia keluarkan anak dari bagian belakangnya.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/576).

Madu yang dikeluarkan lebah madu didapat dari nektar bunga dan tepung sari. Nektar adalah cairan manis yang terdapat pada bunga yang diserap lebah. Nektar merupakan bahan utama untuk madu. Nektar yang dibawa pulang oleh lebah diolah menjadi madu dalam sarangnya. Bunga yang biasanya untuk lebah madu adalah dari jenis tanaman randu, kopi,cengkeh, lengkeng, apel, dan lain-lain.

Sejak jutaan tahun yang lalu, lebah telah menghasilkan madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung obat bagi manusia tersebut. Lagi-lagi, di sini tampak keagungan Allah SWT.

Untuk menghasilkan satu kilogram madu, sekitar seribu ekor lebah harus mendatangi kurang lebih lima juta bunga. Subhanallah. Sebuah kerja keras dalam konteks kebersamaan yang bukan kamuflase. Dan kitalah yang menikmati sekilo madu tersebut. Hasil kerja bersama makhluk kecil bernama lebah madu.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas`ud dengan sanad jayyid (bagus), Rasulullah SAW bersabda, “Carilah oleh kalian dua obat: madu dan Alquran.”

Madu ternyata bukan saja manis rasanya, tetapi juga sangat bermanfaat untuk manusia. Allah SWT langsung menyebutkan bahwa pada madu terdapat obat sebagaimana ayat di atas. Obat yang tidak mempunyai efek samping sebagaimana obat-obat kimia. (Setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5.575 susu, atau 1.680 kg daging. Perlu diketahui pula bahwa madu tidak mengandung gula sama sekali)

Dari semua pemaparan tersebut, sungguh terasa sekali penutup ayat di atas., “Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS an-Nahl: 69). Maha suci yang telah memberikan ilham kepada binatang lemah hingga mampu berkarya besar.

 ***

Oleh: Eko Prasetyo, Sumber : ervakurniawan.wordpress.com

Kamis, 08 Desember 2011

Jangan Bicara Padaku Tentang Muhammad (SAW) !


 

Nasheed yang dibuat oleh Dawud Wharnsby ini menceritakan tentang percakapan antara seorang wanita tua arab dan orang asing yang menawarkan bantuan padanya. Lihat video atau baca liriknya dan temukan bagaimana dalam percakapan ini wanita tua itu menjadi beriman.

 
“Aku sangat senang kamu bisa menemaniku”
“Aku terima kebaikan budi dan keramahanmu”
“Tapi selama kita berjalan nak, dan selama kamu menolongku membawa barang bawaanku…”
“Aku hanya memiliki sebuah permintaan, selama kita menuruni jalan ini”

“Jangan bicara padaku tentang Muhammad!”

“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”
“Dan selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”

“Laki-laki itu membuatku sangat marah, melebihi yang kamu bisa tahu”
“Aku mendengar nama dan reputasinya kemanapun aku pergi”
“Keluarga dan kaumnya percaya bahwa dia laki-laki yang lurus, dia yang memisahkan setiap orang…”
“dengan klaimnya bahwa tuhan itu satu!”
“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”

“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”
“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”
“Dia menyesatkan semua orang yang lemah, yang miskin, dan para budak”
“Mereka senya berpikir mereka telah mendapatkan kekayaan dan kebebasan, dengan mengikuti jalannya”
“Dia merusak semua generasi muda, dengan kepercayaan sinting buatannya”
“meyakinkan mereka bawha mereka semua kuat, memberi mereka tempat untuk dituju”

“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”
“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”

“Dan selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”
“Terima kasih nak, kau benar-benar baik, senyum dan keramahanmu sangat jarang ditemukan”
“Biarkan aku memberimu beberapa nasihat, karena kamu sangat baik”
“jauhilah Muhammad, jangan dengarkan kata-katanya atau mengikuti jalannya”
“dan jangan katakana apapun tentang Muhammad”
“Kamu takkan pernah mendapatkan kedamaian dan justru masalahlah yang akan kamu temukan”
“jadi jangan katakana apapun tentang Muhammad”
“Selama kamu menjalani  jalan hidupmu, kamu akan baik-baik saja”
“sebelum kita berpisah,  bolehkah aku tahu siapa kamu nak ? siapa namamu ?”
“bisa kamu ulangi lagi ? kata-katamu tidak jelas, telingaku semakin tua, terkadang sulit untuk mendengar”
“ini benar-benar aneh, ku kira aku yakin bahwa aku pasti salah dengar”
“tapi kupikir tadi kau berkata bahwa…”
“namamu adalah Muhammad!”
“Muhammad!”

“ashadualla ilaha illallah, wa ashaduanna muhammadarasulullah”
“Katakan padaku, Muhammad!”
“Aku mendoakan kedamaian padamu, karena kamu telah menenangkan pikiranku yang tergganggu”
“Katakan padaku, Muhammad!”
“Selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”
“Selama aku menjalani jalan hidupku, Aku akan baik-baik saja”


 
--------------------------------------------------------------------------------­----


Rasulullah SAW menawarkan bantuan kepada wanita ini, dan semua yang ia lakukan hanyalah mengejek dan memfitnah Rasulullah SAW.  Namun, dia tidak berkata apapun. Dia tetap membantu membawa barang bawaan wanita itu. Dia tidak melawan kata-katanya; dia tidak berdoa kepada Allah SWT untuk mengharapkan kehancuran pada dirinya; dia tidak menjatuhkan barang bawaan wanita itu dan membiarkannya membawanya sendirian. Tidak, dia tetap menolong wanita itu, dan setelah wanita itu tahu siapa dia, semua yang dia bisa lakukan adalah mengikutinya untuk memasuki Islam.

Hal terpenting dalam cerita ini adalah, “Sunnah” Rasulullah SAW yang selama ini benar-benar kita lupakan. Karakter Rasulullah SAW yang kita lupa untuk mencontohnya.

Banyak orang yang mengatakan, kita harus mengikuti sunnah. Kita harus memanjangkan jenggot; kita tidak boleh memanjangkan kuku. Banyak pula orang yang memakai sorban, memakai kuhl di sekitar matanya, dan memakai gaun arab bermaksud untuk meniru Rasulullah SAW.

Tidak ada yang salah. Abdullah ibn Umar RA juga secara fisik mengikuti Rasulullah SAW karena dia percaya ada kebaikan di dalamnya. Namun, yang menjadi masalah adalah, kebanyakan orang mementingkan sunnah yang “diluar”, daripada sunnah yang “didalam”.

Contohnya, ketika seorang supir yang memanjangkan jenggotnya  -kumisnya juga dicukur- karena mengikuti sunnah, namun menipu pelanggannya, bukankah ini salah ? Bukankah dia melupakan sunnah, meskipun dia memanjangkan jenggotnya ?
Ketika seorang muslim tidak pernah lupa membawa miswak, meluangkan waktunya untuk menyikat gigi setiap sebelum beribadah, namun dia sering lupa senyum kepada orang lain, bukankah dia kehilangan gambarannya ? Bukankah senyum itu juga sunnah ?

sumber : http://www.altmuslim.com/a/a/a/missing_the_point/ , http://www.youtube.com/watch?v=ut2VzQGtOis&feature=related



Jumat, 02 Desember 2011

Jangan Biarkan Dirimu Hancur


Suatu ketika, ada seorang sahabat memulai kotbahnya dengan mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang baru. Kemudian dia bertanya “Siapa di antara kamu yang mau uang ini, jika diberikan ikhlas padamu?” Langsung saja yang mengangkat tangan banyak sekali. Katanya lagi ” Ya, ini akan saya berikan, tapi sebelumnya biar saya melakukan hal ini”. Sahabat tersebut meremas uang kertas seratus ribu itu, menjadi gulungan kecil yang kumal.

Kemudian dia buka lagi ke bentuk semula : lembaran seratus ribu, tapi sudah kumal sekali. Lalu dia bertanya ” Siapa yang masih mau uang ini?” Tetap saja banyak yang angkat tangan, sebanyak yang tadi.

“Oke, akan saya kasih, tapi biarkan saya melakukan hal ini”. Dia menjatuhkan lembaran uang itu ke lantai, terus diinjak-injak pakai sepatunya yang habis berjalan di tanah becek sampai nggak karuan bentuknya. Dia tanya lagi” siapa yang masih mau?” Tangan-tangan masih saja terangkat. Masih sebanyak tadi.

“Nah, sahabatku, sebenarnya aku dan kau sudah mengambil satu nilai yang sangat berharga dari peristiwa tadi. Kita semua masih mau uang ini walau bentuknya sudah nggak karuan lagi. Sudah jelek, kotor, kumal… tapi nilainya nggak berkurang: tetap seratus ribu rupiah.

Sama seperti kita. Walau kau tengah jatuh, tertimpa tangga pula… tengah sakit, tengah hancur pula, atau kau gagal, nggak berdaya, terhimpit, dan merasa terhina, kecewa dan terkhianati, atau dalam keadaan apapun, kau tetap nggak kehilangan nilaimu… karena kau begitu berharga. Jangan biarkan kekecewaan, perasaan, ketakutan, sakit hati, menghancurkan kamu, harapanmu, atau cita-citamu.”

“Kamu akan selalu tetap berharga, bagi dirimu, bagi diriku, bagi sahabatmu, bagi sahabat yang lain dan kau tetap sama dimata Tuhanmu. Dia, Tuhanmu, akan berlari mendekatimu, jika kau berjalan menuju-Nya. Aku pun sahabatmu akan melakukan hal yang sama, karena fithrah setiap diri kita akan mulia jika mencoba mendekati sifat2 Tuhan kita. Disanalah nilai dirimu berada.”

sumber : www.dudung.net, ervakurniawan.wordpress.com

Jumat, 25 November 2011

Kisah Kepompong

Seorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya.Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut.Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang dalam waktu. Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untukmelewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon Kekuatan ..Dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon Kebijakan … Dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon Kemakmuran …. Dan Tuhan memberi saya Otak dan Tenaga untuk bekerja.
Saya memohon Keteguhan hati … Dan Tuhan memberi saya Bahaya untuk diatasi.
Saya memohon kebahagiaan dan cinta kasih…Dan Tuhan memberikan kesedihan kesedihan untuk dilewati.
Saya memohon Cinta …. Dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon Kemurahan/kebaikan hati…. Dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.

**

Oleh : Rahmat Wibowo, sumber : ervakurniawan.wordpress.com