Kamis, 08 Desember 2011

Jangan Bicara Padaku Tentang Muhammad (SAW) !


 

Nasheed yang dibuat oleh Dawud Wharnsby ini menceritakan tentang percakapan antara seorang wanita tua arab dan orang asing yang menawarkan bantuan padanya. Lihat video atau baca liriknya dan temukan bagaimana dalam percakapan ini wanita tua itu menjadi beriman.

 
“Aku sangat senang kamu bisa menemaniku”
“Aku terima kebaikan budi dan keramahanmu”
“Tapi selama kita berjalan nak, dan selama kamu menolongku membawa barang bawaanku…”
“Aku hanya memiliki sebuah permintaan, selama kita menuruni jalan ini”

“Jangan bicara padaku tentang Muhammad!”

“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”
“Dan selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”

“Laki-laki itu membuatku sangat marah, melebihi yang kamu bisa tahu”
“Aku mendengar nama dan reputasinya kemanapun aku pergi”
“Keluarga dan kaumnya percaya bahwa dia laki-laki yang lurus, dia yang memisahkan setiap orang…”
“dengan klaimnya bahwa tuhan itu satu!”
“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”

“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”
“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”
“Dia menyesatkan semua orang yang lemah, yang miskin, dan para budak”
“Mereka senya berpikir mereka telah mendapatkan kekayaan dan kebebasan, dengan mengikuti jalannya”
“Dia merusak semua generasi muda, dengan kepercayaan sinting buatannya”
“meyakinkan mereka bawha mereka semua kuat, memberi mereka tempat untuk dituju”

“jadi jangan bicara padaku tentang Muhammad”
“Dialah yang menyebabkan hilangnya kedamaian dan pikiranku tergganggu”

“Dan selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”
“Terima kasih nak, kau benar-benar baik, senyum dan keramahanmu sangat jarang ditemukan”
“Biarkan aku memberimu beberapa nasihat, karena kamu sangat baik”
“jauhilah Muhammad, jangan dengarkan kata-katanya atau mengikuti jalannya”
“dan jangan katakana apapun tentang Muhammad”
“Kamu takkan pernah mendapatkan kedamaian dan justru masalahlah yang akan kamu temukan”
“jadi jangan katakana apapun tentang Muhammad”
“Selama kamu menjalani  jalan hidupmu, kamu akan baik-baik saja”
“sebelum kita berpisah,  bolehkah aku tahu siapa kamu nak ? siapa namamu ?”
“bisa kamu ulangi lagi ? kata-katamu tidak jelas, telingaku semakin tua, terkadang sulit untuk mendengar”
“ini benar-benar aneh, ku kira aku yakin bahwa aku pasti salah dengar”
“tapi kupikir tadi kau berkata bahwa…”
“namamu adalah Muhammad!”
“Muhammad!”

“ashadualla ilaha illallah, wa ashaduanna muhammadarasulullah”
“Katakan padaku, Muhammad!”
“Aku mendoakan kedamaian padamu, karena kamu telah menenangkan pikiranku yang tergganggu”
“Katakan padaku, Muhammad!”
“Selama kita berjalan bersama, kita akan baik-baik saja”
“Selama aku menjalani jalan hidupku, Aku akan baik-baik saja”


 
--------------------------------------------------------------------------------­----


Rasulullah SAW menawarkan bantuan kepada wanita ini, dan semua yang ia lakukan hanyalah mengejek dan memfitnah Rasulullah SAW.  Namun, dia tidak berkata apapun. Dia tetap membantu membawa barang bawaan wanita itu. Dia tidak melawan kata-katanya; dia tidak berdoa kepada Allah SWT untuk mengharapkan kehancuran pada dirinya; dia tidak menjatuhkan barang bawaan wanita itu dan membiarkannya membawanya sendirian. Tidak, dia tetap menolong wanita itu, dan setelah wanita itu tahu siapa dia, semua yang dia bisa lakukan adalah mengikutinya untuk memasuki Islam.

Hal terpenting dalam cerita ini adalah, “Sunnah” Rasulullah SAW yang selama ini benar-benar kita lupakan. Karakter Rasulullah SAW yang kita lupa untuk mencontohnya.

Banyak orang yang mengatakan, kita harus mengikuti sunnah. Kita harus memanjangkan jenggot; kita tidak boleh memanjangkan kuku. Banyak pula orang yang memakai sorban, memakai kuhl di sekitar matanya, dan memakai gaun arab bermaksud untuk meniru Rasulullah SAW.

Tidak ada yang salah. Abdullah ibn Umar RA juga secara fisik mengikuti Rasulullah SAW karena dia percaya ada kebaikan di dalamnya. Namun, yang menjadi masalah adalah, kebanyakan orang mementingkan sunnah yang “diluar”, daripada sunnah yang “didalam”.

Contohnya, ketika seorang supir yang memanjangkan jenggotnya  -kumisnya juga dicukur- karena mengikuti sunnah, namun menipu pelanggannya, bukankah ini salah ? Bukankah dia melupakan sunnah, meskipun dia memanjangkan jenggotnya ?
Ketika seorang muslim tidak pernah lupa membawa miswak, meluangkan waktunya untuk menyikat gigi setiap sebelum beribadah, namun dia sering lupa senyum kepada orang lain, bukankah dia kehilangan gambarannya ? Bukankah senyum itu juga sunnah ?

sumber : http://www.altmuslim.com/a/a/a/missing_the_point/ , http://www.youtube.com/watch?v=ut2VzQGtOis&feature=related



Tidak ada komentar:

Posting Komentar